Rabu, 19 September 2012

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA


PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Mevi Kurniati, S.Pd., M.Pd.


Description: PRES
 








Disusun oleh:
Kelompok 6 kelas 3 A / PGSD
1.     Fatichatus Sa’adah                  (10120011)
2.     Anis Satul Fakhiroh                (10120013)
3.     Dwiana Alfiantisari                 (10120034)
4.     Etik Normawati                      (10120038)
5.     Dewi Kusumaningrum            (10120041)
6.     Ardiana Kusuma Wijayanto   (10120049)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2011




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian halnya dengan Bahasa Indonesia. Bahasa sebagai alat kornunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berkerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna. Tetapi karena berbagai faktor yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa itu, seperti usia, pendidikan, agama, bidang kegiatan dan profesi, dan latar belakang budaya daerah, maka bahasa itu menjadi tidak seragam benar. Bahasa itu menjadi beragam. Mungkin tata bunyinya menjadi tidak persis sama, mungkin tata bentuk dan tata katanya, dan mungkin tata kalimatnya.
Seiring dengan maraknya globalisasi sekarang ini, eksistensi bahasa Indonesia dipertaruhkan. Apalagi banyak masyarakat khususnya para remaja yang menggunakan bahasa Indonesia tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Para remaja justru lebih suka menggunakan bahasa buatan mereka sendiri yang menurut mereka lebih modern. Mereka tidak hanya menggunakan bahasa ini untuk percakapan saja atau sebagai bahasa lisan tetapi juga sebagai bahasa tulis dalam menyampaikan pesan dalam sms. Bahasa yang lebih merakyat di kalangan anak muda ini sering disebut alay, disebut demikian karena dalam penggunaanya bahasa ini terkesan memboroskan kata dengan kata lain tidak efektif. Trend inilah yang membuat masyarakat sekarang hanya sedikit yang menggunakan bahasa Indonesia yang baku .
Oleh karena faktor- faktor inilah yang menyebabkan penulis menyusun makalah yang berjudul “Perkembangan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja” agar para pembaca lebih memahami tentang perkembangan bahasa sekarang ini yang mengancam bahasa Indonesia dan dapat kembali menggunakan bahasa Indonesia yang baku.

B. Rumusan Masalah
·         Bagaimanakah asal mula bahasa Indonesia?
·         Bagaimanakah perkembangan bahasa Indonesia di kalangan remaja?
·         Bagaimanakah pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia ?
C. Tujuan
·         Untuk mengetahui asal mula bahasa Indonesia.
·         Untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia di kalangan remaja.
·         Untuk mengetahui pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa indonesia.















BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal Mula Bahasa Indonesia
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi menggunakan bunyi, yang diucapkan melalui organ- organ ujaran dan didengar di antara angota- anggota masyarakat, serta menggunakan pemrosesan simbol- simbol vokal dengan makna konvensioanal secara arbitrer (Pei dalam Brown, 1987:4). Sedangkan menurut Badudu(1989),”Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya”. Jadi dapat disimpulkan, bahwa bahasa berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan orang lain.
Perlu kita ketahui untuk berkomunikasi antar suku bangsa diperlukan bahasa nasional. Berdasarkan isi dari Sumpah Pemuda bahasa nasional kita adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hakikatnya berasal dari gabungan antara bahasa Melayu, bahasa daerah, dan bahasa asing, contohnya kata kumuh dan merantau yang berasal dari Bahasa Minangkabau, yaitu kumuah dan marantau kini telah menjadi bahasa baku.
Asal mula bahasa Indonesia yaitu dengan adanya latar belakang budaya yang berbeda, para pemuda yang lahir dari keluarga bangsawan berkomunikasi dengan bahasa Belanda karena saat itu baik dalam pendidikan dan pergaulan mereka menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantarnya. Sedangkan bahasa suku hanya digunakan untuk membangun keakraban di keluarga atau dengan masyarakat awam. Setelah peristiwa Sumpah Pemuda, pada Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954 ditetapkanlah bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. Pemilihan dan penetapan ini tidak terlepas dari proses diskusi yang panjang karena saat itu hingga kini pun bahasa Melayu adalah bahasa pergaulan ketiga yang sering digunakan setelah bahasa Jawa dan Sunda. Dapat kita lihat jumlah penduduk Jawa yang merajai sebagian besar penduduk Indonesia. Namun dengan hati ikhlas, kemufakatan ini dapat dicapai.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional ini merupakan usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa, "Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tetapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Pemilihan bahasa Melayu ini sangat diperhitungkan secara matang. Salah satu pertimbangannya adalah ia sudah digunakan sejak masa kerajaan Hindu Budha masih berkuasa. Dapat dilihat dalam Prasasti Kedukan Bukit (638 M) di Palembang yang menggunakan bahasa Melayu meski ditulis dalam huruf Pallawa. Bahasa Melayu pun menjadi linguis franca (bahasa pergaulan) saat kafilah dagang dari Gujarat dan Cina singgah di nusantara. Sejak zaman Majapahit, ia menjadi bahasa pergaulan di Nusantara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan sebagainya) hingga Asia Tenggara.
Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu khususnya bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, "Yang dinamakan Bahasa Indonesia yaitu bahasa Melayu yang pokoknya berasal dari Melayu Riau, akan tetapi yag sudah ditambah, diubah atau dikurangi menurut keperluan zaman dan alam baru, hingga bahasa itu lalu mudah dipakai oleh rakyat di seluruh Indonesia,  pembaharuan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia itu harus dilakukan oleh kaum ahli yang beralam baru, ialah alam kebangsaan Indonesia".
Peran bahasa amatlah vital bagi sebuah negara. Ia adalah tiang konektivitas dalam menjalankan pemerintahan dalam sebuah negara. Memilikinya merupakan pokok utama dalam perkembangan suatu bangsa baik itu di bidang pendidikan, politik, pertahanan dan keamanan. Selepas pengikraran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan perkembangan kebangkitan bangsa mulai muncul.
Bahasa Indonesia dibagi menjadi dua fungsi yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa nasional. Pada UUD 1945 pasal 36 bab XV disebutkan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa negara berfungsi sebagai bahasa resmi dalam pemerintahan, bahasa pengantar dalam pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, serta alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan bahasa nasional digunakan dalam pergaulan antarsuku sebagai kebanggaan dan identitas nasional. Bahasa ini diaplikasikan agar tercipta satu kepaduan dan konektivitas yang sama. Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional sifatnya dinamis yaitu akan mengalami perubahan-perubahan entah itu perluasan atau penyempitan, atau bahkan timbul istilah-istilah baru.
B. Perkembangan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun waktu tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Bahasa akan selalu berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya, baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat atau politikus, ragam bahasa anak-anak, termasuk ragam bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam atau variasi.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar bagi kalangan remaja karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani mereka. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakaiannya pun terbatas di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada.
Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas:
a. Ragam tulisan
Penggunaan bahasa secara tulisan perlu lebih cermat, hal ini karena pihak yang diajak komunikasi tidak berhadap-hadapan secara langsung. Untuk menjamin efektifnya penyampaian pesan, fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek,dan hubungan diantara fungsi itu harus lengkap dan nyata. Namun berdasarkan kenyataan sekarang dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa tulisan tidaklah digunakan lagi secara cermat, dengan adnya teknologi penggunaan telpon genggam atau handphone (hp) lebih sering dimanfaatkan masyarakat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
 Penggunaan bahasa tulisan dalam telpon genggam atau handphone, lebih dikenal dengan short message service (sms), merupakan terobosan baru untuk menyampaikan pesan, informasi secara ringkas dan cepat. Penggunaan bahasa secara tulisan dalam short message service (sms) umumnya pendek-pendek, terputus-putus, penyingkatan-penyingkatan dan terdapat fungsi-fungsi kalimat yang dilesapkan, khususnya di kalangan remaja yang lebih sering menggukan bahasa tulis dalam short message service (sms) dengan penyingkatan-penyingkatan kosakata. Penggunaan bahasa tulis dalam short message service (sms) oleh kalangan remaja cenderung memunculkan kosakata percakapan, seperti : ” y, t’rah z pi g da mslh k” “lyalah, terserah kamu tapi tidak ada masalah kah ?” , “u knp g dtng, u dah tan to, qt meeting mlm ini, tp ga pa2, mngkin u Ig sbuk, mt bb” (Kamu kenapa tidak datang, kamu sudah tahu kan, kita pertemuan malam ini, tapi tidak apa-apa, mungkin kamu lagi sibuk, selamat bobo) dan sebagainya.
Ragam bahasa tulisan pada kalangan remaja dapat dihasilkan dari:
1. Perubahan bahasa baku
·         Mengganti dan menghilangkan unsur konsonan atau vokal tertentu
Contoh: “ya” menjadi “ea”, “aku” menjadi “aq” atau “Q”, “kamu” menjadi “amu”, “tidak” menjadi “gak” atau “g”, “kalau” menjadi “klo” atau “low”, “yang” menjadi “yg” atau “iank”, “sudah” menjadi “ dah”, dan lain-lain.

2. Mengganti seluruh kata
·         Berasal dari bahasa asing
Contoh: “maaf” menjadi “sorry”, “terima kasih” menjadi “thanks” atau ”thx”, dan lain-lain.
·         Berasal dari kreasi anak remaja
Contoh: “ laki-laki” menjadi “cow” atau “co”, “wanita” menjadi “cew” atau “ce”, “nanti” menjadi “ntar”, “dengan” menjadi “ma” atau “sama”, “dia” menjadi “dy”, “selamat” menjadi “met”, dan lain-lain.
b. Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan pada kalangan remaja biasa digunakan dalam percakapan non formal. Ragam bahasa ini dapat terbentuk dari:
1. Berasal dari perubahan bahasa baku
·         Mengganti dan menghilangkan unsur konsonan atau vokal
Contoh: “sakit” menjadi “cakit”, “saja” menjadi “aja”, “tahu” menjadi “tau”, dan lain-lain.
2. Mengganti seluruh kata
·         Berasal dari bahasa asing
Contoh: “maaf” menjadi “sorry”.
·         Berasal dari kreasi anak remaja
Contoh: “tidak” menjadi “nggak”, “laki-laki” menjadi “cowok”, “wanita” menjadi “cewek”, “bapak” menjadi “bokap”, “ibu” menjadi “nyokap”, dan lain-lain.
C. Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia.
1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pengkhususan bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia masih sangat muda usianya dibandingkan dengan bahasa lainya, tidak mengherankan apabila dalam sejarah pertumbuhannya, perkembangan bahasa asing yang lebih maju. Seperti kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini dikuasai oleh bangsa-bangsa barat. Merupakan hal yang wajar apabila bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke seluruh dunia. Indonesia sebagai Negara yang baru berkembang tidak mustahil menerima pengaruh dari Negara asing.
Kemudian masuklah ke dalam bahasa Indonesia istilah-istilah kata asing karena memang makna yang dimaksud oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia. Sesuai sifatnya sebagai bahasa represif, sangat membuka kesempatan untuk itu. Melihat kondisi seperti ini, timbullah beberapa anggapan yang tidak baik. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang miskin, tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan yang modern. Pada pihak lain muncul sikap mengagung-agungkan bahasa inggris dan bahasa asing lainnya. Dengan demikian timbul anggapan mampu berbahasa inggris atau bahasa asing merupakan ukuran derajat seseorang. Akhirnya motivasi untuk belajar menguasai bahasa asing lebih tinggi daripada belajar dan menguasai bahasa sendiri. Kenyataan adanya efek social yang lebih baik bagi orang yang mampu berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia, hal ini lebih menurunkan lagi derajat bahasa Indonesia di mata orang awam.




BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya menggunakan bunyi, yang diucapkan melalui organ- organ ujaran dan didengar di antara angota- anggota masyarakat, serta menggunakan pemprosesan simbol- simbol vokal dengan makna konvensioanal secara arbitrer.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia ini merupakan usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Pemilihan bahasa Melayu ini sangat diperhitungkan secara matang. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu khususnya bahasa Melayu Riau. Adanya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 telah menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita.
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun waktu tertentu. Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam tulisan dan ragam lisan. Ragam bahasa tulisan dan lisan pada kalangan remaja dapat dihasilkan dari perubahan bahasa baku dan mengganti seluruh kata.
Pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia yaitu eksistensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa gaul dan menurunnya derajat bahasa Indonesia.

B. Saran
                   Setiap warga negara indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa indnesia itu ke arah yang positif. Dan usaha itu antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan dalam berbahasa indonesia.
Pertahankanlah  identitas bangsa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indinesia dengan baik sebagai pemersatu masyarakat Indonesia sehingga akan meningkakan martabat bangsa.




DAFTAR PUSTAKA


Dardjowidjojo, Soejono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar  Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


Dhieni, Nurbiana, dkk. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.


Fariyani, Ade. 2011. Bahasa Indonesia di Bulan Bahasa. http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20111022104604&idkolom=opinipendidikan. (3 November 2011).

Fresti dan Iwan. 2011. Baik dan Benarnya Bahasa Indonesia. http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=14117. (3 November 2011).


Maradona, Stevy. 2011. Miris, Remaja Lebih Doyan Produk Asing Ketimbang Lokal. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/30/ltvuqz-miris-remaja-lebih-doyan-produk-asing-ketimbang-lokal. (3 November 2011).

Muslich, Masnur dan I Gusti Ngurah Oka. 2010. Perencanaan Bahasa di Era Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi Penguasaan Bahasa. Yogyakarta: Adiata Karya Nusa.


Rihardi, Kunjana.2006. Dimensi- dimensi Kebahasaan. Jakarta: Erlangga.



Sakri, Adjat. 1993. Iluwan dan Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.