PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Disusun untuk
memenuhi tugas Bahasa Indonesia
Dosen
Pengampu: Mevi Kurniati, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 6
kelas 3 A / PGSD
1. Fatichatus Sa’adah (10120011)
2. Anis Satul Fakhiroh (10120013)
3. Dwiana Alfiantisari (10120034)
4. Etik Normawati (10120038)
5. Dewi Kusumaningrum (10120041)
6. Ardiana Kusuma Wijayanto (10120049)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian halnya dengan
Bahasa Indonesia. Bahasa sebagai alat kornunikasi yang dipergunakan oleh
masyarakat untuk berkerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Setiap
bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan atau kesamaan dalam hal tata bunyi, tata
bentuk, tata kata, tata kalimat, dan tata makna. Tetapi karena berbagai faktor
yang terdapat di dalam masyarakat pemakai bahasa itu, seperti usia, pendidikan,
agama, bidang kegiatan dan profesi, dan latar belakang budaya daerah, maka
bahasa itu menjadi tidak seragam benar. Bahasa itu menjadi beragam. Mungkin
tata bunyinya menjadi tidak persis sama, mungkin tata bentuk dan tata katanya,
dan mungkin tata kalimatnya.
Seiring dengan maraknya globalisasi
sekarang ini, eksistensi bahasa Indonesia dipertaruhkan. Apalagi banyak
masyarakat khususnya para remaja yang menggunakan bahasa Indonesia tidak sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Para remaja justru lebih suka menggunakan bahasa
buatan mereka sendiri yang menurut mereka lebih modern. Mereka tidak hanya
menggunakan bahasa ini untuk percakapan saja atau sebagai bahasa lisan tetapi
juga sebagai bahasa tulis dalam menyampaikan pesan dalam sms. Bahasa yang lebih merakyat di kalangan anak muda ini sering
disebut alay, disebut demikian karena
dalam penggunaanya bahasa ini terkesan memboroskan kata dengan kata lain tidak
efektif. Trend inilah yang membuat masyarakat sekarang hanya sedikit yang menggunakan
bahasa Indonesia yang baku .
Oleh karena faktor- faktor inilah yang
menyebabkan penulis menyusun makalah yang berjudul “Perkembangan Bahasa
Indonesia di Kalangan Remaja” agar para pembaca lebih memahami tentang
perkembangan bahasa sekarang ini yang mengancam bahasa Indonesia dan dapat
kembali menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
B.
Rumusan Masalah
·
Bagaimanakah asal mula
bahasa Indonesia?
·
Bagaimanakah
perkembangan bahasa Indonesia di kalangan remaja?
·
Bagaimanakah
pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia ?
C. Tujuan
·
Untuk mengetahui asal
mula bahasa Indonesia.
·
Untuk mengetahui
perkembangan bahasa Indonesia di kalangan remaja.
·
Untuk mengetahui
pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Asal Mula Bahasa
Indonesia
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi
menggunakan bunyi, yang diucapkan melalui organ- organ ujaran dan didengar di
antara angota- anggota masyarakat, serta menggunakan pemrosesan simbol- simbol
vokal dengan makna konvensioanal secara arbitrer (Pei dalam Brown, 1987:4).
Sedangkan menurut Badudu(1989),”Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi
antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang menyatakan
pikiran, perasaan, dan keinginannya”. Jadi dapat disimpulkan, bahwa bahasa berfungsi
sebagai alat untuk berkomunikasi antara satu orang dengan orang lain.
Perlu kita ketahui untuk berkomunikasi
antar suku bangsa diperlukan bahasa nasional. Berdasarkan isi dari Sumpah
Pemuda bahasa nasional kita adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
hakikatnya berasal dari gabungan antara bahasa Melayu, bahasa daerah, dan
bahasa asing, contohnya kata kumuh dan merantau yang berasal dari Bahasa
Minangkabau, yaitu kumuah dan marantau kini telah menjadi bahasa baku.
Asal mula bahasa Indonesia
yaitu dengan adanya latar belakang budaya yang berbeda, para
pemuda yang lahir dari keluarga bangsawan berkomunikasi dengan bahasa Belanda karena
saat itu baik dalam pendidikan dan pergaulan mereka menggunakan bahasa Belanda
sebagai pengantarnya. Sedangkan bahasa suku hanya digunakan untuk membangun
keakraban di keluarga atau dengan masyarakat awam. Setelah peristiwa Sumpah
Pemuda, pada Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954 ditetapkanlah
bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. Pemilihan dan penetapan ini
tidak terlepas dari proses diskusi yang panjang karena saat itu hingga kini pun
bahasa Melayu adalah bahasa pergaulan ketiga yang sering digunakan setelah
bahasa Jawa dan Sunda. Dapat kita lihat jumlah penduduk Jawa yang merajai
sebagian besar penduduk Indonesia. Namun dengan hati ikhlas, kemufakatan ini dapat
dicapai.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional ini merupakan usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan
ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan bahwa, "Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan
menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tetapi dari dua bahasa
itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau
bahasa persatuan."
Pemilihan bahasa Melayu ini sangat
diperhitungkan secara matang. Salah satu pertimbangannya adalah ia sudah digunakan
sejak masa kerajaan Hindu Budha masih berkuasa. Dapat dilihat dalam Prasasti
Kedukan Bukit (638 M) di Palembang yang menggunakan bahasa Melayu meski ditulis
dalam huruf Pallawa. Bahasa Melayu pun menjadi linguis franca (bahasa
pergaulan) saat kafilah dagang dari Gujarat dan Cina singgah di nusantara.
Sejak zaman Majapahit, ia menjadi bahasa pergaulan di Nusantara (Indonesia,
Malaysia, Thailand, Filipina, dan sebagainya) hingga Asia Tenggara.
Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari
bahasa Melayu khususnya bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki
Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa
Tengah, "Yang
dinamakan Bahasa Indonesia yaitu
bahasa Melayu yang pokoknya berasal dari Melayu Riau, akan tetapi yag sudah ditambah, diubah atau dikurangi menurut keperluan zaman dan alam baru, hingga bahasa itu lalu mudah dipakai oleh rakyat di seluruh Indonesia, pembaharuan
bahasa Melayu
hingga menjadi bahasa Indonesia itu harus dilakukan oleh kaum ahli yang beralam baru, ialah alam kebangsaan
Indonesia".
Peran bahasa amatlah vital bagi sebuah
negara. Ia adalah tiang konektivitas dalam menjalankan pemerintahan dalam
sebuah negara. Memilikinya merupakan pokok utama dalam perkembangan suatu
bangsa baik itu di bidang pendidikan, politik, pertahanan dan keamanan. Selepas
pengikraran bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan perkembangan kebangkitan
bangsa mulai muncul.
Bahasa
Indonesia dibagi menjadi dua fungsi yaitu sebagai bahasa negara dan bahasa
nasional. Pada UUD 1945 pasal 36 bab XV disebutkan bahwa bahasa negara adalah
bahasa Indonesia. Bahasa negara berfungsi sebagai bahasa resmi dalam
pemerintahan, bahasa pengantar dalam pendidikan, alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, serta alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan bahasa
nasional digunakan dalam pergaulan antarsuku sebagai kebanggaan dan identitas
nasional. Bahasa ini diaplikasikan agar tercipta satu kepaduan dan konektivitas
yang sama. Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional sifatnya dinamis yaitu
akan mengalami perubahan-perubahan entah itu perluasan atau penyempitan, atau
bahkan timbul istilah-istilah baru.
B. Perkembangan Bahasa
Indonesia di Kalangan Remaja
Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai
sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun waktu tertentu. Hal ini
dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi
diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan
hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain
tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki
karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini
tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif
menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana,
2002:150).
Bahasa akan selalu berkembang sesuai dengan
latar belakang sosial budaya pemakainya, baik berdasarkan kondisi sosiologis
maupun kondisi psikologis dari penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada
variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat atau politikus, ragam
bahasa anak-anak, termasuk ragam bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku
kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki
aneka ragam atau variasi.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil
dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan
kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya.
Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri
sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang
lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap
wajar bagi kalangan remaja karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani mereka. Masa hidupnya
terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakaiannya pun
terbatas di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi.
Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke
bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka
berada.
Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi
atas:
a. Ragam tulisan
Penggunaan bahasa secara tulisan perlu lebih
cermat, hal ini karena pihak yang diajak komunikasi tidak berhadap-hadapan
secara langsung. Untuk menjamin efektifnya penyampaian pesan, fungsi gramatikal
seperti subjek, predikat, dan objek,dan hubungan diantara fungsi itu harus
lengkap dan nyata. Namun berdasarkan kenyataan sekarang dengan majunya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa tulisan tidaklah digunakan
lagi secara cermat, dengan adnya teknologi penggunaan telpon genggam atau
handphone (hp) lebih sering dimanfaatkan masyarakat untuk berkomunikasi baik
secara lisan maupun tulisan.
Penggunaan
bahasa tulisan dalam telpon genggam atau handphone, lebih dikenal dengan short
message service (sms), merupakan terobosan baru untuk menyampaikan pesan,
informasi secara ringkas dan cepat. Penggunaan bahasa secara tulisan dalam
short message service (sms) umumnya pendek-pendek, terputus-putus,
penyingkatan-penyingkatan dan terdapat fungsi-fungsi kalimat yang dilesapkan,
khususnya di kalangan remaja yang lebih sering menggukan bahasa tulis dalam short
message service (sms) dengan penyingkatan-penyingkatan kosakata. Penggunaan
bahasa tulis dalam short message service (sms) oleh kalangan remaja cenderung
memunculkan kosakata percakapan, seperti : ” y, t’rah z pi g da mslh k”
“lyalah, terserah kamu tapi tidak ada masalah kah ?” , “u knp g dtng, u dah tan
to, qt meeting mlm ini, tp ga pa2, mngkin u Ig sbuk, mt bb” (Kamu kenapa tidak datang, kamu sudah
tahu kan, kita pertemuan malam ini, tapi tidak apa-apa, mungkin kamu lagi
sibuk, selamat bobo) dan sebagainya.
Ragam bahasa tulisan pada
kalangan remaja dapat dihasilkan dari:
1. Perubahan bahasa baku
·
Mengganti dan
menghilangkan unsur konsonan atau vokal tertentu
Contoh: “ya” menjadi “ea”, “aku” menjadi “aq” atau
“Q”, “kamu” menjadi “amu”, “tidak” menjadi “gak” atau “g”, “kalau” menjadi
“klo” atau “low”, “yang” menjadi “yg” atau “iank”, “sudah” menjadi “ dah”, dan
lain-lain.
2. Mengganti seluruh kata
·
Berasal dari
bahasa asing
Contoh: “maaf” menjadi “sorry”, “terima kasih”
menjadi “thanks” atau ”thx”, dan lain-lain.
·
Berasal dari
kreasi anak remaja
Contoh: “ laki-laki” menjadi “cow” atau “co”,
“wanita” menjadi “cew” atau “ce”, “nanti” menjadi “ntar”, “dengan” menjadi “ma”
atau “sama”, “dia” menjadi “dy”, “selamat” menjadi “met”, dan lain-lain.
b. Ragam Lisan
Ragam
bahasa lisan pada kalangan remaja biasa digunakan dalam percakapan non formal.
Ragam bahasa ini dapat terbentuk dari:
1. Berasal
dari perubahan bahasa baku
·
Mengganti dan
menghilangkan unsur konsonan atau vokal
Contoh: “sakit” menjadi “cakit”, “saja” menjadi
“aja”, “tahu” menjadi “tau”, dan lain-lain.
2. Mengganti seluruh kata
·
Berasal dari
bahasa asing
Contoh: “maaf” menjadi “sorry”.
·
Berasal dari
kreasi anak remaja
Contoh: “tidak” menjadi “nggak”, “laki-laki”
menjadi “cowok”, “wanita” menjadi “cewek”, “bapak” menjadi “bokap”, “ibu”
menjadi “nyokap”, dan lain-lain.
C. Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Perkembangan Bahasa
Indonesia.
1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam
Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul
Berbahasa
sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini
kian tenggelam dalam pengkhususan
bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin
sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas
bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini
kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus
globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang
mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat
ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini
diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari
pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak
menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.
2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia masih sangat muda usianya dibandingkan dengan bahasa lainya, tidak
mengherankan apabila dalam sejarah pertumbuhannya, perkembangan bahasa asing
yang lebih maju. Seperti kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan
dewasa ini dikuasai oleh bangsa-bangsa barat. Merupakan hal yang wajar apabila
bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke
seluruh dunia. Indonesia sebagai Negara yang baru berkembang tidak mustahil
menerima pengaruh dari Negara asing.
Kemudian
masuklah ke dalam bahasa Indonesia istilah-istilah kata asing karena memang
makna yang dimaksud oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa
Indonesia. Sesuai sifatnya sebagai bahasa represif, sangat membuka kesempatan
untuk itu. Melihat kondisi seperti ini, timbullah beberapa anggapan yang tidak
baik. Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang miskin, tidak mampu
mendukung ilmu pengetahuan yang modern. Pada pihak lain muncul sikap
mengagung-agungkan bahasa inggris dan bahasa asing lainnya. Dengan demikian
timbul anggapan mampu berbahasa inggris atau bahasa asing merupakan ukuran
derajat seseorang. Akhirnya motivasi untuk belajar menguasai bahasa asing lebih
tinggi daripada belajar dan menguasai bahasa sendiri. Kenyataan adanya efek
social yang lebih baik bagi orang yang mampu berbahasa asing daripada berbahasa
Indonesia, hal ini lebih menurunkan lagi derajat bahasa Indonesia di mata orang
awam.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang
menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya menggunakan bunyi, yang
diucapkan melalui organ- organ ujaran dan didengar di antara angota- anggota
masyarakat, serta menggunakan pemprosesan
simbol- simbol vokal dengan makna konvensioanal secara arbitrer.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional bangsa Indonesia ini
merupakan usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Pemilihan bahasa Melayu
ini sangat diperhitungkan secara matang. Bahasa
Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu khususnya bahasa Melayu Riau. Adanya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 telah
menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita.
Bahasa gaul pada umumnya
digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun
waktu tertentu.
Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam tulisan dan ragam lisan. Ragam bahasa tulisan dan lisan pada
kalangan remaja dapat dihasilkan dari perubahan bahasa baku dan mengganti
seluruh kata.
Pengaruh
bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia yaitu eksistensi
bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa gaul dan menurunnya derajat bahasa Indonesia.
B. Saran
Setiap warga negara indonesia
harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa
indnesia itu ke arah yang positif. Dan usaha itu antara lain dengan
meningkatkan kedisiplinan dalam berbahasa indonesia.
Pertahankanlah identitas bangsa Indonesia dengan menggunakan
bahasa Indinesia dengan baik sebagai pemersatu masyarakat Indonesia sehingga
akan meningkakan martabat bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soejono.
2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Dhieni, Nurbiana, dkk.
2006. Metode Pengembangan Bahasa.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Fariyani, Ade. 2011. Bahasa Indonesia di Bulan Bahasa. http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20111022104604&idkolom=opinipendidikan. (3 November 2011).
Fresti dan Iwan. 2011. Baik dan Benarnya Bahasa Indonesia. http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=14117. (3 November 2011).
Maradona, Stevy. 2011. Miris, Remaja
Lebih Doyan Produk Asing Ketimbang Lokal. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/30/ltvuqz-miris-remaja-lebih-doyan-produk-asing-ketimbang-lokal. (3 November 2011).
Muslich, Masnur dan I Gusti Ngurah Oka. 2010. Perencanaan Bahasa di Era Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pringgawidagda, Suwarna. 2002. Strategi
Penguasaan Bahasa. Yogyakarta: Adiata Karya Nusa.
Rihardi, Kunjana.2006. Dimensi- dimensi Kebahasaan. Jakarta: Erlangga.
Sakri, Adjat. 1993. Iluwan dan Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.
Sofa. 2009. Penggunaan Ragam Bahasa Gaul Dikalangan Remaja Di
Taman Oval Markoni Kota Tarakan. http://massofa.wordpress.com/2009/03/31/bab-i-penggunaan-ragam-bahasa-gaul-dikalangan-remaja-di-taman-oval-markoni-kota-tarakan.( 3 November 2011).
Wahyuni, Laili. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul
Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia Sebagai Idenditas Bangsa. http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/pengruh-penggunaan-bahasa-gaul-terhadap-perkembangan-bahasa-indonesia/. (3 November 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar