PENDEKATAN INQUIRY DAN DISCOVERY
DALAM PEMBELAJARAN IPS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Pengembangan Pembelajaran IPS SD
Dosen Pengampu : Khusnul Faijriah, S.Pd.
Disusun Oleh Kelompok 7 3A/ PGSD
1. Evelin Dyah P. (10120006)
2. Purwito (10120014)
3. Kurnia Dewi (10120015)
4. Dita Lestiyanti (10120026)
5. Ana Khoiru Nisa’ (10120027)
6. Langgeng Windisetya R. (10120030)
7. Okti Widiastuti (10120043)
PGSD (PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR)
FIP (FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Metode Pembelajaran memiliki banyak pengertian yaitu berbeda menurut para ahli. Akan tetapi, pada hakikatnya pengertian-pengertian tersebut mempunyai arti dan makna yang sama. Menurut Narsid Sumaatmaja, Metode Pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan. (1984: 95).Menurut S. Hamid Hasan, Metode Pembelajaran adalah suatun cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada sisiwa dalam belajar. (1992: 4). Dari dua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Metode Pembelajaran IPS itu adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif.
Salah satu Metode Pembelajaran adalah Metode Inquiry dan Discovery (mencari dan menemukan). Apa Metode Inquiry dan Discovery tersebut? Dalam makalah ini akan kami jelaskan tentang Metode Inquiry dan Discovery tersebur dengan singkat.
Perlu diingat bahwa tidak ada satu pun Metobe Pembelajaran yang baik dan sempurna. Setiap Metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masung. Oleh karena itu metode yang paling baik adalah metode yang cocok, relevan dengan materi, dan sesuai dengan metode pembelajaran. Suatu metode tidak dapat berdiri sendiri tanpa ini akan bantuan dari metode lain. Dalam proses pembelajaran guru harus menggunakan berbagai metode (multi metode) sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan mencapai tujuan yang dirumuskan.
II. Rumusan Masalah
Apakah Metode Pembelajaran Inquiry dan Discovery Dalam Pendidikan IPS di SD itu?
III. Tujuan
Pembaca khususnya para pendidik mengetahui apa Metode Pembelajaran Inqury dan Discovery dalam Pendidikan IPS SD, serta dapat menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Pembelajaran Inquiry
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu Inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis. Inkuiri merupakan seni dan sains tentang mengajukan dan menjawab pertayaan-pertanyaan yang menghendaki pengamatan dan pengukuran, pengajuan hipotesis dan penafsiran, pembangunan dan pengujian model melalui eksperimen, refleksi dan pengakuan atas kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari metode penyelidikan yang digunakan. Selama inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri, dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain.
Istilah metode penemuan (discovery method) didefinisikan sebagi suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan/ pengkondisian objek, dan ekspermentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi dan penarikan kesimpulan dibut. Metode ini membutuhkan penundaan penjelasan tentang temuan-temuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep. (Gilstrap, 1975: 63)
Gage dan Barliner (1984 :450) mengutarakan bahwa dalam metode penemuan para siswa memerlukan penemuan konsep, prinsip dan pemecahan masalah untuk menjadi miliknya lebih daripad sekedar menerimanya atau mendapatnya dari seorang guru atu seorang buku. Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Gage dan Barliner tentang metode penemuan, dapat ditandai adanya keaktifan siswa dalam memperoleh ketrampilan intelektual, sikap, dan ketrampilan psikomotorik. Hal ini selas dengan hal yang dikemukakan oleh Gilstrap (1975) yakni metode penemuan merupakan komponen dari suatu bagian praktek pendidikan yang seringkali diterjemahkan sebagai mengajar heuristic, yakni suatu jenis mengajar yang meliputi metode-metode yang dirancang untuk meningkatkan rentangan keaktifan yang lebih besar, berorientasi pada proses, mengarahkan diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagi kegiatan belajar.
Metode penemuan memungkinkan para siswa menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mancapai yujuan instruksional. Hal ini berimplikasi/ berpengaruh terhadap peranan guru sebagai penyampaian informasi kea rah peran guru sebagai pengelola interaksi belajar mengajar di kelas. Namun demikian, metode penemuan dapat pula berupa kegiatan belajar yang terentang dari penemuan terbimbing sampai penemuan tidak terbimbing. Akhirnya dapat ditandai pula bahwa metode penemuan tidak terlepas dari adanya keterlibatan siswa dalam interaksi belajar mengajar.
Dengan memperdulikan pembicaraan tentang metode penemuan pada uraian sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa metode penemuan merupakan format interaksi belajar mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan/ bimbingan guru. Batasan ini mengandung pengertian metode ini mengandung pengertian sebagai metode yang perorientasi pada siswa, dan menekankan pada proses dan hasil secara bersamaan.
Merupakan suatu prosedur pembelajaran yang menekankan belajar secara individual, pengaturan atau pengkondisian onjek eksperimen lainnya oleh siswa sendiri, sebelum menarik suatu kesimpulan dari hasil (pembelajaran).
Menurut Gagde dan Barliner, metode penemuan ditandai oleh adanya keaktifan siswa dalam memperoleh keterampilan intelektual, sikap dan keterampilan motorik/ psikomotorik.
B. Tujuan metode penemuan adalah:
1. Meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
2. Mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup.
3. Mengurangin ketergantuang siswa kepada guru dalam proses pembelajaran.
4. Melatih siswa memanfaatkan sumber informasi dalam lingkungan.
C. Komponen-Komponen Dalam Pendekatan Inkuiri
Walaupun dalam praktiknya aplikasi pendekatan inkuiri sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri memilki lima komponen yang umum, yaitu:
1. Question adalah pembelajaran biasanya dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan kekaguman siswa akan suatu fenomena.
2. Student engangement. Dalam metode inkuiri keterlibatan aktif siswa merupakan suatu kaharusan sedangkan peran guru adalah sebagi fasilisator.
3. Cooperative interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.
4. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan.
5. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.
D. Jenis-Jenis Pendekatan Inkuiri
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru berperan aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.
Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika.
Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali.
a. Keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
b. Kelemahan, antara lain:
1) Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,
2) Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,
3) Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,
4) Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur. Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
E. Karakteristik Model
1. Sintakmatik Model Inkuiri
Tahap-tahap kegiatan belajar mengajar dari model inkuiri yaitu :
b. Orientasi
Merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2) Menjelaskan pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inquiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
c. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah diantaranya:
1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan akan memiliki motivai yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji.
2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
d. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenaranya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki setiap individu sejak lahir. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan harus dibina. Salah satu cara yang harus dilakukan guru untuk mengembangkan hipotesis siswa adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
e. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mampu mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
f. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berari mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
g. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan poses mendeskrisikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.
2. Sistem Sosial
Situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam proses pembelajaran denga menggunakan model inkuiri ini dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas yakni :
a. Bertanya, artinya dalam proses pembelajaran siswa tidak semata-mata mendengarkan dan menghafal namun dapat juga bertanya mengenai hal-hal/materi yang tidak dimengerti.
b. Bertindak, artinya tidak semata-mata melihat dan mendengarkan.
c. Mencari artinya tidak semata-mata mendapatkan.
d. Menemukan problem, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta.
e. Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
f. Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan.
g. Berpikir, artinya tidak semata-mata melamun atau membayangkan.
h. Menghasilkan atau memproduksi, artinya tidak semata-mata menggunakan.
i. Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.
j. Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembali namun juga dapat menciptakan dan mengembangkan kreatifitas individu sesuai pengetahuannya.
k. Menerapkan, artinya tidak semata-mata mengingat-ingat namun juga dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliki dari hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
l. Mengekspresimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan.
m. Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima.
n. Merancang, artinya tidak semata-mata beraksi.
o. Mengevaluasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.
Beberapa kondisi yang diperlukan untuk proses belajar inkuiri adalah sebagai berikut :
a. Kondisi yang fleksibel, bebas, terbuka untuk berinteraksi.
b. Kondisi lingkungan yang responsif.
c. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
d. Kondisi yang bebas dan tekanan.
3. Prinsip Reaksi
Pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya pengajar melihat dan memperlakukan siswa termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberi respon terhadap siswa dengan pembelajaran menggunakan model inkuiri yakni dapat dilihat bahwa peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator.
a. Sebagai fasilitator seorang guru mesti memiliki sikap-sikap sebagai berikut :
1) Mampu menciptakan suasana bilik darjah yang nyaman dan menyenangkan
2) Membantu dan mendorong pelajar untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual maupun kumpulan.
3) Membantu kegiatan-kegiatan dan me-nyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka.
4) Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya.
5) Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.
b. Sebagai mediator, guru berperan sebagai penghubung dalam menjembatani mengaitkan materi pembelajaran yang sedang dibahas melalui pembelajaran koperatif dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Peranan ini sangat penting dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) yaitu istilah yang dikemukakan oleh Ausubel untuk menunjukan bahan yang dipelajari memiliki kaitan makna dan wawasan dengan apa yang sudah dimiliki oleh siswa sehingga mengubah apa yang menjadi milik siswa.
Disamping itu juga, guru berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Dengan kreativitasnya, guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga tidak menghambat suasana pembelajaran di kelas.
c. Sebagai Director-Motivator, peran ini sangat penting karena mampu membantu kelancaran diskusi kumpulan. Guru berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban.
d. Sebagai evaluator, peran guru sebagai evaluator sangat pentig yaitu guru dapat membantu siswa dalam mengevaluasi hasil belajar siswa, apakah sudah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum. Selain itu berdasarkan hasil evaluasi, guru dapat memberikan tindak lanjut yang tepat kepada siswa.
4. Sistem Pendukung
Pengajar yang memiliki kepribadian hangat dan trampil dalam mengelola hubungan interpersonal dan diskusi kelompok, mampu menciptakan iklim kelas yang terbuka dan tidak defensif.
Segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran model inkuiri antara lain yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, misalnya komputer, LCD, lembar kerja siswa, sumber buku yang relevan, benda-benda untuk eksperimen/percobaan yang sesuai dengan materi, dsb.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan peserta didik pada tujuan yang diharapkan melalui mengajar dengan menggunakan pembelajaran model inkuiri yakni :
a. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar. Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.
b. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil kesempatan yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat.
c. Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.
d. Pengembangan bakat dan kecakapan individu. Lebih banyak kebebasan dalam proses belajar mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan, kemampuan dan bakat-bakatnya.
e. Dapat memberi waktu kepada pembelajar unuk mengashnilasi dan mengakomodasi informasi. Belajar yang sesungguhnya yaitu jika pembelajar bereaksi dan bertindak terhadap informasi melalui proses mental.
Keuntungan metode penemuan adalah :
a. Membantu untuk memperbaiki proses penguasaan pengetahuan dan ketrampilan bagi para siswa.
b. Pengetahuan yang diperoleh para siswa sangat bersifat individual, oleh karena itu lebih erat melekat pada diri siswa.
c. Dapat menimbulkan kegairairahan belajar siswa.
d. Memberi kesempatan kepada siswa maju terus dalam belajar (progress continues).
e. Memperkuat konsep diri pada siswa dengan lebih percaya diri.
f. Metode ini kegiatan pembelajarannya lebih terpusat pada siswa (student centris)
Kelemahan metode penemuan ini adalah :
a. Memerlukan persiapan dan kemampuan berfikir yang tinggi.
b. Keberhasilan sulit dicapai bila diikuti oleh siswa dengan jumlah besar.
c. Membutuhkan peralatan dan fasilitas yang memadai.
Langkah-langkah pelaksanaannya:
Menurut Gilstrap, Richard Suchman dan Dermo M adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa.
b. Memilih konsep, pengertian, dan prinsip yang akan dipelajari.
c. Memilih masalah dan bahan pembelajaran.
d. Menjelaskan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
e. Mempersiapkan alat-alat dan suasana belajar.
f. Mengecek pemahaman siswa.
g. Melaksanakan proses penemuan dengan mengumpulkan data.
h. Aaamembantu dan membimbing siswa dalam menganalisis data.
i. Membentuk siswa dalam menemukan masalah, kaidah, prinsip, dan ide-ide berdasarkan hasil penemuan.
III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Siklus inkuiri terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama dengan teman lainnya.
Karakteristik model inkuiri meliputi : Sintakmatik Model Inkuiri (orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan). Sistem Sosial (situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model inkuiri, yakni berupa aktifitas yang terlihat baik siswa dan guru), Prinsip reaksi (pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya pengajar melihat dan memperlakukan peserta didik, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberi respon terhadap mereka, yakni peranan guru dalam pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator). Sistem pendukung (segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model inkuiri, yakni disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan). Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring (Hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan peserta didik pada tujuan yang diharapkan melalui mengajar dengan menggunakan pembelajaran model inkuiri).
II. Saran
Seorang guru yang profesional seharusnya mampu memilih Model Pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik, dan situasi kondisi daerah setempat. Tidak hanya mampu memilih, nanum seorang guru pun harus mampu menerapkan Model Pembelajaran tersebut.
Daftar Pustaka
Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy.
Slavin, Robert.E. (2008). Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung: PT. Nusa Media.
Supriyono, Agus. 2009. Cooperative Lerarning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Supriatmaja, Nana, Sri Mulyani, Ade Rokhayati. 2007. Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.
http://gurupkn.wordpress.com/2008/08/16/metode-pembelajaran-inquiry/ diakses tanggal 24 Oktober 2011 jam 20.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar